Selasa, 14 Juni 2011

Bikin Malas, Stop Raskin!

Ibu-ibu dengan semangat menolak raskin
DESA Ngalupolo, Kecamatan Ndona,  Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu Desa di Indonesia yang berani menolak program pemerintah terkait sumbangan beras miskin (raskin).
Kesepakatan 1.025 warga dari 258 kepala keluarga (KK) untuk tidak menerima penyaluran raskin tersebut, dikemukakan langsung di hadapan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dan Bupati Ende, Drs. Don Bosco M. Wangge, M.Si, Selasa (6/7/2010) di Ngalupolo dalam acara tatap muka, Gubernur dan masyarakat Ngalupolo.

Permintaan warga untuk menghentikan sumbangan raskin ke Ngalupolo, membuat sejumlah pejabat Propinsi NTT dan Pejabat di Kabupaten Ende yang turut dalam rombongan Gubenur tercengang. Sejumlah pejabat berpandangan, masyarakat Ngalupolo berani mengambil resiko padahal kondisi real pertanian di daerah itu berada di lahan kritis, mestinya raskin dapat membantu pemenuhan kebutuhan pangan mereka.

Tetapi rupanya mayarakat Ngalupolo berfikir lain. Pada awal tahun 2010, dalam musyawarah desa (Musdes) warga dari empat dusun di desa itu, membuat kesepakatan untuk tidak lagi menerima raskin. Keputusan penolakan raskin pun ditetapkan dalam rembug adat oleh tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemerintah.

Kepala Desa Ngalupolo, Raimundus Ru’u, menerangkan, raskin telah menjadi pemicu warga malas berkebun. “Selama penggelontoran beras miskin beberapa tahun terakhir, masyarakat Ngalupolo seakan dimanjakan, sehingga enggan lagi ke kebun,” katanya.

Raimundus Ru’u menambahkan, penolakan juga untuk mendukung program Swasembada pangan yang digulirkan pemerintah Propinsi NTT dan pemerintah Kabupaten Ende. Dalam program itu, masyarakat didorong untuk kembali menghidupkan pangan lokal yang ada seperti jagung, pisang, ubi-ubian, serta kacang-kacangan. “Penolakan ini tidak semata untuk menghindari ketergantungan masyarakat terhadap raskin, namun ada korelasi untuk mendukung program pemerintah dalam menghidupkan kembali pangan lokal,” tegas Raimundus Ru’u.

Sekadar diketahui, secara geografi luas wilayah Desa Ngalupolo 164 kilometer. Dari luas tersebut, 300,414 hektare adalah lahan kering, 78 hektare kawasan hutan dan sisanya 45 hektare lahan pertanian.

Bila dilihat dari luas wilayah yang didominasi lahan kering, maka sudah bisa ditebak, kawasan desa di perbukitan tandus ini, tidak memiliki hasil pertanian unggulan secara spesifik. Satu-satunya andalan sistem pertanian warga setempat adalah pola tumpang sari dengan lahan garap berpindah-pindah tempat. ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar